SECUIL ASPIRASI
Karya ; Ambu
Coba kau intip tonilan itu,
bungsu..Dialognya kerdil mudah tertebak sijabang bayi..
Panggungnya begitu kolosal
menyiratkan nyanyian sandiwara duri dalam dada
Alur ceritanya jauh dari mempesona..
Bagai kura2 mati suri dalam perahu..
Para pelakonnya lupa ,
siapa yang berkeringat. .
Wajahnya sengaja bercadar
agar tak nampak menjadi penumpang gelap
meraih sukses didinding dengkul yang kosong.
Ah..bungsu..
jala alam ini semakin robek,.
Merebak kesemua jaringan kesemua lini
karena akar serabut itu memanfaatkan kelemahan
akar tunggak diketumbuhannya yang lamban.
Andai kau tanya padaku ,
bungsu.. Kenapa aku tak suka menontonnya ? ..
Karena aku tau kemana arah jalan ceritanya..
Kalau bukan ingin mendapatkan bekal untuk sebuah aspirasi
guna meraih wajah sumringah dalam sebuah pertarungan nanti... ,
Kau lihat,.dagelan itu semakin menggelikan ..
Hingga para penonton riuh menyorakinya,.
Karena expresi pelakonnya begitu piawai
menampilkan wajah liciknya Profosional penuh intrik.
RASA YANG MATI
Kau pergi tanpa kau rasa..
Kau melangkah tanpa asa..
Kini air mata menjadi saksi..
Ku ingin kau kembali disini...
Mengapa kau biar kan ku menangis...
Menghitung disetiap tetes air mata tanpa henti..
Merindu cinta dari mu yang egois..
Merintih perih menyayat hati...
Cantikmu hanya lapisan tak abadi...
Cintamu hanya sebatas maya...
Mengapa kau permainkan aku..
Bila benar kau mencintai ku...kenapa kau berlalu...
AKU PERGI
oleh Shinta 'anesta' Azzahra
pada 28 September 2010 jam 17:09
Setelah melintasi waktu bersimbah pesonamu
Kini semua terasa tiada
Makna yang terendap lama
Dan mendekam dalam gugusan matahari
Tak lagi bisa kuraba Semua seperti kembali kosong
Harapanku akanmu,
Seperti menemui titik penghabisannya
Apa gerangan yang terjadi?
Tiba-tiba aku enggan mengumbar rinduku
Tiba-tiba aku ingin berhenti mencintaimu
Mungkinkah karena sikapmu yang makin lama tak lagi membiusku
Perlahan menghilang di balik dusta
Auramu yang makin pudar oleh sikap tak pasti
Angkuhmu melemahkanku
Bisumu menyurutkan langkahku
Aku lebih baik pergi…
Untuk Tuan (Part.2)
oleh Neng Adne Ghuslina pada 07 Oktober 2010 jam 19:14
Karya : Phytaloka
Bukan tak mungkin bila kabut-kabut menutup
Menyaput menjadi semrawut
Dan ……… menjadikannya kening ini mengkerut,keriput, berlarut-larut
Ini tak kan ada jikalau Tuan tak ikut kalut
Walau hati ini berbalut sejuta luka
Aku tak pernah ribut
Sebab aku orang penurut
Haruskah aku berlutut ???
Agar Tuan membawaku ……… ikut
Ini sudah malam Tuan
Tapi ……… mata tak mau pejam
Sesekali nafasku ku hela dalam dalam
Malam semakin kelam …… temaram
Mengharap Tuan menyapa salam
Tengoklah jam dinding itu Tuan
Dia tunjukkan apa yang mestinya dia tunjukkan
Dia jujur ……… dan tak pernah dusta
Kecuali dia mati
Seperti Tuan mati rasa
Apa Tuan merasa ???
Aku sangat tersiksa
Kuingin ke bukit sama mendaki
Ke lurah sama menurun
Seia …… sekata …… seirama
Pulanglah Tuan !!!
Tuk kembali singgah di dermaga hatiku
Kan kujadikan Tuan ……
Raja di mata …… Sultan di hati
Kalau kita tidak beruang
Kemana pergi terbuang
Tuan …… ucap tlah habis niat tlah sampai
Mulailah kita berdoa
Karna hari mulai merambah malam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar